Nama
: Dhani Safitri
Npm
: 31111981
Kelas
: 1DB11
Proses Pengambilan Keputusan Dalam
Organisasi
Proses pengambilan
keputusan dalam organisasi ialah
kumpulan yang terdiri dari beberapa orang untuk mencapai tujuan bersama,
didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat begitu juga keputusan
dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam pengambilan
keputusan.
Secara umum pengambilan
keputusan diartikan sebagai suatu teknik untuk mempersempit pilihan. Di
Indonesia sendiri pengambilan keputusan itu memakai cara musyawarah mufakat,
sehingga peluang pendapat tiap-tiap orang dapat didengarkan oleh yang lain.
Proses pengambilan keputusan dapat berfungsi sebagai pemecah suatu masalah.
Suatu pengambilan
keputusan itu sendiri tidak boleh asal-asalan, karena arti dari hasil suatu
keputusan itu sendiri mempunyai peran besar terhadap suatu permasalahan atau
konflik yang terjadi baik di dalam suatu organisasi ataupun antar individu,
sehingga pengambilan keputusan memerlukan beberapa tahap atau proses, yakni
aktivitas intelegensi, pada tahap ini diperlukan penelusuran terhadap
permasalahan yang terjadi serta lingkungan sekitarnya , lalu proses berikutnya
adalah aktivitas desain, pada tahap ini permasalah lebih didalami, dikembangkan
serta di analisis lebih lanjut. Dan yang terakhir adalah aktivitas memilih,
pada proses ini kita di perintahkan untuk memilih suatu tindakan berdasarkan
proses-proses yang sudah terjadi sebelumnya.
Tujuan dari pengambilan
keputusan itu sendiri mempunyai dua sifat, yakni bersifat tunggal dan bersifat
ganda. Maksud dari bersifat tunggal yakni keputusan tersebut hanya berlaku
untuk satu permasalah saja dan tidak menyangkut ke permasalahan lain, sedangkan
maksud dari bersifat ganda yakni keputusan tersebut untuk memecahkan suatu
masalah yang jumlahnya lebih dari 1.
Jadi saya menyimpulkan
bahwa suatu proses pengambilan keputusan itu sendiri mempunyai arti penting
untuk menanggulangi atau memecahkan suat permasalah. Sehingga proses yang
diperlukan tidak bias sembarangan agar keputusan yang diambil dapat diterima
oleh berbagai pihak.
Menurut (Gibson dkk, 1987)
Proses
pengambilan keputusan meliputi tujuh langkah sebagai berikut :
Menerapkan tujuan dan
sasaran : Sebelum memulai proses pengambilan keputusan, tujuan dan sasaran
keputusan harus ditetapkan terlebih dahulu. apa hasil yang harus dicapai dan
apa ukuran pencapaian hasil tersebut.
Identifikasi persoalan
: Persoalan-persoalan di seputar pengambilan keputusan harus diidentifikasikan
dan diberi batasan agar jelas. Mengidentifikasikan dan memberi batasan
persoalan ini harus tepat pada inti persoalannya, sehingga memerlukan upaya
penggalian.
Mengmbangkan alternatif
: Tahap ini berisi pengnidentifikasian berbagai alternatif yang memungkinkan
untuk pengambilan keputusan yang ada. Selama alternatif itu ada hubungannya,
walaupun sedikit, harus ditampung dalam tahap ini. Belum ada komentar dan
analisis.
Menentukan alternatif :
Dalam tahap ini mulai berlangsung analisis tehadap berbagai alternatif yang
sudah dikemukakan pada tahapan sebelumnya. Pada tahap ini juga disusun juga
kriteriatentang alternatif yang sesuai dengan tujuan dan sasaran pengambilan
keputusan. Hasil tahap ini mungkin masih merupakan beberapa alternatif yang
dipandang layak untuk dilaksanakan.
Memilih alternatif :
Beberapa alternatif yang layak tersebut di atas harus dipilih satu alternatif
yang terbaik. pemilihan alternatif harus harus mempertimbangkan ketersediaan
sumberdaya, keefektifan alternatif dalam memecahkan persoalan, kemampuan
alternatif untuk mencapai tujuan dan sasaran, dan daya saing alternatif pada
masa yang akan datang.
Menerapkan keputusan :
Keputusan yang baik harus dilaksanakan. Keputusan itu sendiri merupaka
abstraksi, sedangkan baik tidaknya baru dapat dilihat dari pelaksanaannya.
Pengendalian dan
evaluasi : Pelaksanaan keputusan perlu pengendalian dan evaluasi untuk menjaga
agar pelaksanaan keputusan tersebut sesuai dengan yang sudah diputuskan.
pengambilan
keputusan ada level manajementnya, yakni :
· Keputusan Strategis
Yaitu keputusan yang dibuat
oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
· Keputusan Taktis
Keputusan yang diambil
oleh manajement menengah.
· Keputusan Operasional
Keputusan yang dibuat
oleh manajemen bawah.
Terdapat
4 metode bagaimana cara organisasi dalam pengambilan keputusan, ke 4 metode
tersebut adalah :
a.
Kewenangan Tanpa Diskusi (authority rule without discussion)
Metode pengambilan
keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau dalam
kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat,
dalam arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan
apa yang harus dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima
kalau pengambilan keputusan yang dilaksanakan berkaitan dengan
persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan
persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika
metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan menimbulkan persoalan-persoalan,
seperti munculnya ketidak percayaan para anggota organisasi terhadap keputusan
yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam
proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
b.
Pendapat Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang seorang
anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli (expert),
sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila
seorang anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak
diragukan lagi kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus,
persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang sederhana,
karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang dianggap
ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak
sedikit pula orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya,
menentukan apakah seseorang dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan
yang rumit.
c. Kewenangan Setelah
Diskusi (authority rule after discussion)
Sifat otokratik dalam
pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan metode yang
pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan
keputusan. Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan
mengingkatkan kualitas dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga
munculnya aspek kecepatan (quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil
dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan
lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses pembuatan
keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan
keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi akan
bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana
para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan
keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
d.
Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan atau
konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi mendukung
keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan
kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota
dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting
khususnya yang berhubungan dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian,
metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak lepas
juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya
waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok
untuk digunakan dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode
pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang terbaik
dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih
unggul dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling
efektif yang dapat digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada
faktor-faktor:
Jumlah waktu yang ada
dan dapat dimanfaatkan,
Tingkat pentingnya
keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
Kemampuan-kemampuan
yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan
keputusan tersebut.
Sumber
:
4.http://hutantropis.com/metode-pengambilan-keputusan-dalam-organisasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar