NAMA : DHANI SAFITRI
NPM : 31111981
KELAS : 1DB11
DEFINISI KEPEMIMPINAN
Apakah kepemimpinan
itu? Berbagai definisi telah disusun oleh banyak ahli, namun pada umumnya hanya
terbagi menjadi 2 (dua) bagian saja, yaitu yang memandang kepemimpinan sebagai
PROSES dan kepemimpinan sebagai SENI.
1.
Kepemimpinan sebagai PROSES
(a) Kepemimpinan adalah
“suatu proses yang kompleks dimana seseorang mempengaruhi orang-orang lain
untuk menunaikan suatu misi, tugas, atau tujuan dan mengarahkan organisasi yang
membuatnya lebih kohesif dan koheren." Mereka yang memegang jabatan
sebagai pemimpin menerapkan seluruh atribut kepemimpinannya (keyakinan,
nilai-nilai, etika, karakter, pengetahuan, dan ketrampilan). Jadi seorang
pemimpin berbeda dari majikan, dan berbeda dari manajer. Seorang pemimpin
menjadikan orang-orang ingin mencapai tujuan dan sasaran yang tinggi, sedangkan
seorang majikan menyuruh orang-orang untuk menunaikan suatu tugas atau mencapai
tujuan. Seorang pemimpin melakukan hal-hal yang benar, sedangkan seorang
manajer melakukan hal-hal dengan benar (Leaders do right things, managers do
everything right).
2.
Kepemimpinan sebagai SENI
(a) Kepemimpinan ialah
"seni bekerja (tahu, mau, dan aktifbekerja) bersama dan melalui orang
lain."
(b) Kepemimpinan ialah
"seni pemenuhan kebutuhan orangyang dipimpin dalam melaksanakan
pekerjaanmencapai tujuan bersama.”
(c) Kepemimpinan ialah
"seni penggalangan yangdiwujudkan melalui kemampuan memadukangagasan,
orang, benda, waktu, dan iman, untuk(melaksanakan pekerjaan/tugas) mencapai
sasaranyang telah ditetapkan sebelumnya."
Berikut
ini definisi kepemimpinan menurut beberapa ahli :
Menurut George R. Terry (yang dikutip dari Sutarto,
1998 : 17)
kepemimpinan adalah
hubungan yang ada dalam diri seseorang atau
pemimpin, mempengaruhi
orang lain untuk bekerja secara sadar dalam
hubungan tugas untuk
mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut
William G.Scott (1962) kepemimpinan adalah sebagai proses
mempengaruhi kegiatan
yang diorganisir dalam kelompok di dalam
usahanya mencapai suatu
tujuan yang telah ditentukan.
Menurut
John W. Gardner (1990) kepimpinan sebagai proses
Pemujukan di
mana individu-individu
meransang kumpulannya meneruskan objektif yang
ditetapkan oleh
pemimpin dan dikongsi bersama oleh pemimpin dan
pengikutnya.
Menurut
H. Gerth & C.W. Mills “Character and Social Structure”
kepemimpinan dalam arti
luas adalah suatu hubungan antara pemimpin dan
yang dipimpin dalam
mana pemimpin lebih banyak mempengaruhi dari pada
dipengaruhi; disebabkan
karena pemimpin menghendaki yang dipimpin
berbuat seperti dia dan
tidak berbuat lain yang dimaui sendiri.
TIPE KEPEMIMPINAN
Tipe
Otokratik
Semua ilmuan yang
berusaha memahami segi kepemimpinan otokratik mengatakan bahwa pemimpin yang
tergolong otokratik dipandang sebagai karakteritik yang negatif.Dilihat dari
persepsinya seorang pemimpin yang otokratik adalah seseorang yang sangat egois.
Seorang pemimpin yang otoriter akan menujukan sikap yang menonjolkan
“keakuannya”,
Tipe
Laissez Faire
Pemimpin ini
berpandangan bahwa umumnya organisasi akan berjalan lancar dengan sendirinya
karena para anggota organisasi terdiri dari orang-orang yang sudah dewasa yang
mengetahui apa yang menjadi tujuan organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin
dicapai, tugas apa yang harus ditunaikan oleh masing-masing anggota dan
pemimpin tidak terlalu sering intervensi
Tipe
Paternalistik
Tipe pemimpin
paternalistik hanya terdapat di lingkungan masyarakat yang bersifat
tradisional, umumnya dimasyarakat agraris. Salah satu ciri utama masuarakat
tradisional ialah rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh para anggiota
masyarakat kepada orang tua atau seseorang yang dituakan. Pemimpin seperti ini
kebapakan, sebagai tauladan atau panutan masyarakat. Biasanya tiokoh-toko adat,
para ulama dan guru. Pemimpin ini sangat mengembangkan sikap kebersamaan.
Tipe Kepemimpinan Militeristik
Tipe kepemimpinan
militeristik ini sangat mirip dengan tipe kepemimpinan otoriter. Adapun
sifat-sifat dari tipe kepemimpinan militeristik adalah:
(1) lebih banyak
menggunakan sistem perintah/komando, keras dan sangat otoriter, kaku dan
seringkali kurang bijaksana,
(2) menghendaki
kepatuhan mutlak dari bawahan,
(3) sangat menyenangi
formalitas, upacara-upacara ritual dan tanda-tanda kebesaran yang berlebihan,
(4) menuntut adanya
disiplin yang keras dan kaku dari bawahannya,
(5) tidak menghendaki
saran, usul, sugesti, dan kritikan-kritikan dari bawahannya,
(6) komunikasi hanya
berlangsung searah.
Tipe
Kepemimpinan Demokratis
Kepemimpinan demokratis
berorientasi pada manusia dan memberikan bimbingan yang efisien kepada para
pengikutnya. Terdapat koordinasi pekerjaan pada semua bawahan, dengan penekanan
pada rasa tanggung jawab internal (pada diri sendiri) dan kerjasama yang baik.
kekuatan kepemimpinan demokratis tidak terletak pada pemimpinnya akan tetapi
terletak pada partisipasi aktif dari setiap warga kelompok.
Kepemimpinan demokratis
menghargai potensi setiap individu, mau mendengarkan nasehat dan sugesti
bawahan. Bersedia mengakui keahlian para spesialis dengan bidangnya
masing-masing. Mampu memanfaatkan kapasitas setiap anggota seefektif mungkin
pada saat-saat dan kondisi yang tepat.
TEORI KEPEMIMPINAN
Salah
satu teori kepemimpinan adalah “Trait Theory” yang
mengidentifikasi karakteristik yang menentukan kepemimpinan yang baik.
Karakteristik tersebut bisa mencakup kepribadian, dominasi dan kehadiran
pribadi, karisma, kepercayaan diri, pencapaian atau prestasi, atau bisa juga
kemampuan untuk memformulasikan visi dengan jelas. Salah satu diskusi yang
menarik dari teori ini adalah apakah karakteristik seorang pemimpin tersebut bias
gender, misalnya apakah pemimpin itu harus pria, atau sebaliknya, apakah wanita
bisa menjadi pemimpin. Pertanyaan lainnya, apakah karakteristik tersebut
menjamin bahwa seseorang akan menjadi pemimpin yang baik, apakah seorang
pemimpin itu sebatas membuat perubahan saja, serta apakah pemimpin itu
dilahirkan atau diciptakan.
Teori
yang kedua adalah “Behavioural Theory“ yang secara tersirat
menyatakan bahwa seorang pemimpin itu bisa dilatih, yaitu dengan memusatkan
pada cara melakukan sesuatu, misalnya tugas, pekerjaan, dan berbagai aktivitas
lainnya. Dengan penguasaan cara tersebut maka seseorang bisa mempunyai
kemampuan lebih dari orang lain. Akhirnya, orang lain pun bisa mengikuti apa
yang anda lakukan. Akhirnya orang yang mempunyai penguasaan tersebut menjadi
seorang pemimpin. Fokus itu sendiri terdiri dari dua, yaitu pemimpin fokus
terhadap kelembagaan dari pekerjaan secara terstuktur, atau membangun hubungan
(relationship) yang berfokus pada proses. Jadi bisa saja ada pemimpin yang
lebih mementingkan pekerjaan (walaupun mungkin relasi dengan bawahannya buruk),
namun ada juga pemimpin yang lebih menitikberatkan pada relasi yang baik dengan
bawahannya dibanding hasil akhir atau tujuan organisasi. Pertanyaan yang
manarik adalah, adakah pemimpin yang dapat meraih keduanya, yakni pekerjaan
sukses dibarengi dengan relasi yang harmonis dengan bawahan.
Teori
yang ketiga adalah “Contingency Theory”. Menurut teori ini,
kepemimpinan bersifat luwes atau fleksibel. Gaya kepemimpinan yang berbeda bisa
diterapkan pada waktu yang berbeda tergantung lingkungannya. Dengan demikian,
kepemimpinan bukanlah sekumpulan karakteristik yang dapat dialihkan begitu saja
dalam konteks yang berbeda. Intinya, seseorang mungkin bisa menjadi otoriter
pada lingkungan tertentu, namun berubah menjadi pemimpin yang demokratis pada
lingkungan yang lain. Sebagai contoh kasus, apakah seorang bapak rumah tangga
akan mempunyai gaya kepemimpinan yang berbeda antara di rumah atau di
lingkungan rumahnya dibandingkan ketika menjadi seorang manajer di sebuah
perusahaan. Jadi gaya kepemimpinan tersebut bisa berubah tergantung tipe
bawahan, sejarah organisasi atau bisnisnya, budaya perusahaan, kualitas
hubungan, wujud perubahan yang diinginkan, serta norma-norma yang dianut di
perusahaan.
Itulah
tiga teori yang sering dikutip ketika mempelajari kepemimpinan. Ada teori-teori
lainnya seperti “Transformational Theory“ yang lebih
melihat pengaruh besar seorang pemimpin terhadap organisasi dalam konteks
rencana strategis yang dimensi waktunya relatif panjang. Ada juga “Invitational Leadership Theory“ yang lebih menekankan
peran pemimpin dalam menciptakan atmosifir atau kondisi perusahaan yang
kondusif. Hal-hal kurang produktif atau kesalahan berusaha diidentifikasi dan
dihilangkan sehingga bisa tercipta proses internal yang baik, serta membangun
komunikasi dengan pihak eksternal. Teori
terakhir adalah ‘Transactional Theory“ yang lebih melihat bagaimana seorang
pemimpin sangat fokus ke organisasi, termasuk dengan mematuhi semua prosedur,
pedoman, dan kontrak yang berlaku dan mengikat dirinya atau perusahaannya.
Gaya kepemimpinan itu
sendiri bisa dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya resiko atas pengambilan
keputusan. Contohnya, gaya kepemimpinan formal dalam organisasi bisnis bisa
saja berbeda dengan gaya kepemimpinan informal di lingkungan masyarakat. Atau
contoh lain, gaya kepemimpinan seorang Supervisor bisa saja berbeda dengan
Managing Diretor yang resiko keputusannya lebih tinggi karena menyangkut nasib
atau masa depan perusahaan. Faktor-faktor lainnya adalah jenis bisnis, seberapa
penting memandang perubahan, budaya perusahaan atau organisasi, serta
karakteristik tugas. Mungkin kita pun tertarik dengan gaya kepemimpinan di
perguruan tinggi kedinasan (IPDN, dll), PTN, atau PTS, dibandingkan dengan
organisasi bisnis atau partai politik. Gaya pemimpin bisnis outsourcing mungkin
berbeda pula dengan pemimpin bisnis franchasing.
SUMBER
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar